Jom lihat

Tuesday 30 October 2018

MENUNGGUMU~



Begitu lama aku menantikanmu,
Sama seperti hari-hari yang lalu,
Tidak berganjak walau seinci tanpa jemu,
Persis boneka yang terdampar di penjuru.

Sungguh aku menunggumu kembali,
Kala kaki melangkah longlai berdiri,
Melihat disebalik helaian tirai jerami,
Tiada tanda bahawa kau akan menjejaki.

Aku menatapi hari yang semakin berlalu,
Merenung detik masa yang kian cemburu,
Bersama secangkir kopi hangat kegemaranmu,
Berlegar memori indah suatu tika dulu.

Kata-kata semanis madu diungkap pada diri,
Janji-janji setinggi gunung dilempar ke mari,
Kehilanganmu memberi kesan yang tidak terperi,
Lalu ku pasung sepi kerna yakin kau kan kembali.


~ Mutiara_elFateh ~
2311 @ 301018

Sunday 30 September 2018

RINDU YANG BERTAMU ~



Tidak lagi mampu,
Bibir mungil itu mengungkap kata,
Tidak lagi mampu,
Wajah suci itu mengekspresikan rasa,
Ketika rindu datang bertamu,
Resah gelisah menjerut jiwa.

Terpenjara dalam sebuah ilusi,
Batin memberontak minta dilepaskan,
Terngiang-ngiang jeritan halus yang digari,
Tidak terperi walau sekelumit cuma.

Kehadiranmu tidak ku jemput,
Pemergianmu tidak ku halang,
Namun bisa buat diri tidak keruan,
Hingga hilang arah dalam menuju destinasi.

Begitu hebat penangan rindu,
Kadangkala bisa mejadi pembunuh,
Kadangkala bisa menjadi penawar,
Melengkapkan sebuah jiwa yang kekosongan.

Dalam pengembaraan menuju Tuhan,
Rindu yang bertamu dari pelbagai asal,
Dahi menyembah sujud ke bumi,
Doa dibisik dengan penuh kesyahduan.

Wahai sang perindu tegar,
Dirimu tidak keseorangan,
Di sebalik tirai sana,
Ada sang cinta yang sedang menanti,
Sedia menyambut dengan penuh pengharapan.


~Mutiara_elFateh~
2330 @ 300918

Monday 27 August 2018

HARAPAN ~




Teman,
Cuba kau dongakkan kepala ke langit sana,
Sang suria masih malu-malu menampakkan dirinya,
Gumpalan awan memutih bak kapas yang bergantungan.
Kawanan burung yang terbang bebas membelah angkasa,
Namun teman, mengapa kau tidak seghairah selalunya?

Teman,
Hidup ini satu perjuangan,
Dipenuhi mehnah dan tribulasi yang tiada henti,
Dihiasi gelagat manusia yang adakalanya bertopengkan syaitan,
Dilengkapi suka duka yang bakal mengusik kenangan di jiwa,
Namun teman, aku pasti akan datang satu hari yang terang.

Teman,
Sampai kapan kau ingin mensia-siakan harimu,
Membiarkan diri terperangkap dek halusinasi sendiri,
Seolah-olah segala harapan sudahpun mati,
Umpama tiada hari esok untuk menjadi pengganti,
Sedarlah teman, harapan tidak akan sirna selagi perjuangan diteruskan.

Teman,
Tatkala dirimu cuba melangkah teguh mendepani arus,,
Bakal terselit jerih payah yang datang bertamu,
Sehari-hari terus bangkit tanpa rasa jemu,
Terus mara hingga tiba ke destinasi yang dituju,
Tika itu percayalah kemenangan sudah menjadi milikmu.


Mutiara_elFateh
1048 @ 270818

Monday 23 July 2018

ABAH ~


Istimewa di hari kelahiranmu buat waliku,
Dia yang bukannya melahirkan diriku,
Namun dia yang memberi sinar kehidupan buat aku,
Juga yang pertama memperdengarkan
kalimah tauhid di telingaku.

Abah,
Dirimu ku sanjung dalam diam,
Kasih sayangmu kau beri tanpa ada secalit dendam,
Kau berkorban membanting tulang siang dan malam,
Demi membesarkan Puteri tunggalmu yang banyak ragam.

Abah,
Kau lelaki pertama yang aku rasa selamat tika berdua,
Kau cinta pertama yang aku peroleh setelah mama,
Kau pahlawan sejati buat aku yang terpingga-pingga,
Juga pelindung buat aku yang bertatih mengenal dunia.

Abah,
Entah kapan jasamu dapat kubalas,
Entah bila aku bisa membuatmu tersenyum puas,
Melihatkan dirimu yang asyik mencari nafkah tanpa culas,
Buatku tertanya bilakah waktu rehatmu yang berlalu dengan pantas?

Abah,
Walau badai telah menyembah bumi,
Biar seisi dunia telah bertempiaran lari,
Anakmu akan tetap tulus menyayangi,
Malah akan setia disisi hingga ajal menjemput nanti.


~Mutiara_elFateh~
 2309 @ 230718

Monday 25 June 2018

AKU BERPUISI ~




Lewat malam menanti dinihari,
Aku tenggelam dalam duniaku sendiri,
Lincah si jemari mengatur rentak selari,
Menyusun bait-bait aksara yang ada,
Mempamerkan sebuah puisi penawar jiwa.

Aku berpuisi,
Saat sepi sedang menerkam sukma,
Setia di sisi tanpa ada yang iri.

Aku berpuisi,
Saat bahagia menawarkan rasa,
Memahat kisah di ruang memori.

Aku berpuisi,
Saat derita merobek hati,
Membalut luka agar teguh mandiri.

Aku berpuisi,
Saat bibir tidak lagi mampu mengungkap kata,
Terkunci dengan tangisan yang tiada henti.

Dengan sebuah puisi,
Aku rakamkan sebuah kisah,
Aku sematkan sebuah kenangan,
Aku luahkan sebuah kehampaan,
Aku padamkan sebuah contengan.

Dengan sebuah puisi,
Aku belajar memujuk diri,
Aku belajar menghargai diri,
Aku belajar mencintai diri,
Kerna, puisi itu lebih dekat dengan hati.



~Mutiara_elFateh~

0211 @ 250618

Wednesday 30 May 2018

USIA ~




Hari demi hari berlalu pergi,
Siang dan malam silih berganti menguasai bumi,
Pepohon di laman mekar di bawah teriknya mentari,
Siulan burung menjadi teman di pagi hari.

Hari ini, Pada tanggal ini,
Bukanlah kelahiran yang ingin kau rayakan lagi,
Bukanlah ucapan jam 12 malam yang kau tagih pasti,
Bukanlah juga lambakan hadiah yang kau ternanti-nanti.

Hari yang ditunggu menjelma lagi,
Kini kau sedar, usia yang dititip Tuhan masih berbaki,
Makin hampir dengan kematian yang menjadi ngeri,
Pelbagai kenikmatan yang terpaksa dilepas pergi.

Dengan angka usia yang selama ini kau huni,
Kau mencintai, Kau merasai, Kau menikmati,
Akan setiap detik yang menjadi saksi,
Disulami mehnah yang sentiasa berada di sisi.

Dengan sejumlah usia yang masih tersisa rapi,
Kau belajar bahawa semua orang bisa dewasa sendiri,
Namun, apakah erti sebuah kematangan hakiki,
Jika hanya berlayar dalam kehidupan bagai sebuah mimpi?

Dengan tempoh usia yang dipinjam Ilahi,
Kau menelusuri perjalanan yang semakin sepi,
Cuba memaknai setiap kejadian yang menimpa diri,
Kerna kau sendiri yang menjadi Raja untuk mengecap cita tertinggi.


~Mutiara_elFateh~

0132 @ 300518

Sunday 29 April 2018

AKU JATUH CINTA ~






Aku cemburu pada si dia, 
Si dia yang bagiku romantis orangnya, 
Si dia yang pada hematku berseni orangnya, 
Bukanlah romantis meluahkan kata cinta pada pasangan, 
Bukan juga berseni dalam seni lukisan, 
Namun keromantisan dan kesenian yang dia punya, 
Terdapat pada setiap aksara penulisannya, 
Juga terselit pada setiap butir bicaranya.

Aku jatuh cinta pada setiap bait madahnya, 
Aku jatuh cinta pada kehalusan seni gaya bahasanya, 
Terngiang-ngiang di gegendang telingaku, 
akan kelembutan suaranya melantunkan kalimah demi kalimah, 
Betapa si dia begitu memartabatkan bahasa ibunda.

Wahai Engkau, si dia, 
Yang berjaya mencuri hati dan jiwaku dalam diam, 
Sungguh! Aku cemburu malah aku jatuh cinta, 
Bukan pada jasad tubuh badanmu, 
Bukan juga pada perwatakan matangmu,
Akan tetapi, 
Pada kehalusan seni penulisanmu, 
Aku kagum dengan indahnya caramu menyebarkan cinta. 

~ Mutiara_elFateh ~

1927 @ 300717  

 p/s : ditulis pada tahun lepas buat seseorang yang pernah jadi idola dalam penulisan puisi